Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

..

Barangkali tanpa cinta sejak dulu dunia bisu tapi langit masih saja enggan tuk berhenti merayu bumi:                         kisah-kisah bestari                        belum usai. Dan akhirnya hingga kini  para pecinta masih setia  merajut benang-benang  waktu: meleleh di atas bara cinta menari bersama pena dan tinta menyapu semua nestapa mengalir ke samudera rasa. 2020

Barangkali Seperti Itulah Kemewahan Satu-satunya Rakyat Jelata

kopi, dan kata-kata.

...

Apa yang terjadi jika angin tak lagi datang menyambut  musim, menghibur para nelayan  yang pulang dengan cemas dan takut walau tak begitu persis dimana angin itu berhembus tapi kita benar-benar tahu kepada siapa ia menuju begitu juga ruh serta nasib seisi zaman kita tak menemuinya di buku-buku atau di perpustakaan kita tak perlu mengenali atau mengejanya dengan jelas kita cukup sadar  dan mungkin berlari sejauh mungkin dari bayang-bayang

Bayang-bayang

Ada yang tidak mudah hilang dalam diri kita masing-masing: semacam bayang-bayang-- atau kau bisa menyebutnya sebagai proses kreatifitas dalam sebuah "perjalanan".  Lalu seperti kata Adonis:  "bayang-bayang sedang  tersesat dalam sebuah  perjalanan". Tapi belum ada hubungan yang jelas antara "Ketersesatan" dan "jalan" dalam penuturan Adonis. Dalam arti, apa sih makna konkrit dari sebuah ketersesatan itu? Benarkah ia telah melibatkan ruang terminologis tertentu dalam membatasi kata tersebut? Barangkali demikian: memang selayaknya sebuah puisi tak begitu tertarik memasuki ruang-ruang terminologis-- konstruksi-konstruksi yang terlampau mapan dan mengekang. Sedemikian ngambangnya maksud Adonis, rupanya beliau masih berbelas kasih kepada kita, ada sedikit isyarat yang ingin ia sampaikan: ketersesatan tak begitu berjarak dengan wujud "keterasingan".  Ya, Adonis benar. Dalam perjalan kehidupannya-- lebih tepatnya dalam rangka menjalani pergulat

Perihal...

"Tak seprti engkau maulana  hidupku tak sepenuhnya  janji-janji setia atau taman bunga bermekaran aroma cinta.” “Masih ada banyak jurang kesunyian, selalu bertambah,  menetes dan menjadi air bah meluluhlantakkan mengintai  membayangi  kesadaran dari semua arah.” “ Berhentilah disitu anakku.“ “ Begitulah kau harus mengerti   hidupmu tidaklah melulu   isi perut, detak jatung,    atau tetes darahmu,    hidupmu adalah ruhmu

Sesayap Doa Yang Sudah Sekian Lama Memilih Bertahan

cinta yang berteduh di bawah pohon waktu suatu saat akan rapuh tumbang menjadi debu

Di Balik Hening

Ada yang diam-diam  membuntuti malam dan riang, mengepung waktu yang berburu sisa-sisa harapan:  dingin. Hidup memang dingin samar tapi menahan Kau boleh saja berkata tidak dengan memilih acuh dan bodo amat saat media-media dipenuhi peperangan, meriam, darah dan potongan tubuh manusia   Hidup ini dingin ia tak begitu terang bisa saja ia tiba-tiba memadamkan api atau bahkan, tak segan menyembunyikan cahaya lalu manusia saling berebut curiga, kuasa dan fatamorgana