Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Ayat

Ayat Alloh Swt berfirman : إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُون Artinya  : Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan (kehidupan) itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, أُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ Artinya : mereka itu tempatnya di neraka, karena apa yang telah mereka lakukan. (Surat Yunus, Ayat 7-8) ====== Adakah selain jalan panjang Aduhai, jangan sampai bimbang Terang padang menuju pertemuan Tiada mudah menemui kekasih Tanpa ilmu mungkinkah kan sampai Terus ingkar celaka akhir bakal pedih Gunakan khudlu' pakaian adabmu Nyalakan roja' terangkan tekadmu Siratkan hubban pewangi wujudmu Kau berjalan dia berlari Kau lemah rahmatnya cepat Kita fana indah agungnya abadi Cairo

Arti Keadaan

Gambar
Arti keadaan Awalnya orang pada takut terhadap kelaparan, Akhirnya siang malam mereka bekerja keras, Sampai lalai kepada Dia, Sang yang berhak, menguasai semesta alam. Setelah cukup sandang pangan, Dirasakan masih ada kekurangan, Kita membutuhkan pujian. Apapun akan dilakukan, Demi mencukupi kebutuhan yang belum dan tidak akan pernah cukup itu. Entah itu tabiat ataukah syahwat, Manusia membutuhkan pengakuan. Harus kuhabiskan berapa banyak cangkir kopi, tuk merenungi, membeningkan Kenyataan yang benar-benar hitam. Cap saja aku sok pahlawan, Terimakasih dan aku tak akan pernah peduli, Kalau bukan yang muda yang mencintai kebijaksanaan, Lalu siapa lagi yang akan memahami kebeningan. Kalaupun toh masyhur didunia, Dilangit sudah tidak punya jatah, Dan itu yang dikatakan seorang wali bijak bestari. Manusia sepatutnya sejahtera, Asal mau menetapi kadar kemanusiaan dan kepantasan, maksudku kesederhanaan. Selebihnya tidak, bahkan malapetaka dan kebinatangan. F

Religious With Logic

Gambar
RELIGIOUS WITH LOGIC Ada yang menarik pada perbincangan Habib Husen Ja’far Hadar dengan Tretan Muslim dalam videonya “Jeda Ngobrol”. Dalam video tersebut terjadi sebuah dialog antara keduanya seputar tema-tema keIslaman, seperti bagimana cara beragama yang benar, hubungan Nabi Saw dengan nilai-nilai kemanusiaan dan seterusnya. Tapi yang paling menarik dalam dialog tersebut adalah ketika seorang Muslim bertanya : bagaimana batasan logika dalam beragama? Kalau boleh saya mengira-ngira, pertanyaan yang dilontarkan Muslim itu muncul dari keresahannya yang cukup serius. Pasalnya dalam bulan-bulan terakhir tahun 2018 lalu, ia sempat diintimidasi, dihujat dan dikeroyok di media sosial oleh netizen dengan tuduhan “penistaan agama”. Mereka tidak terima dengan video “puding babi kurma madu” yang ia buat. Akhirnya Muslim pun memberi klarifikasi yang disertai minta maaf atas perbuatannya itu dan terpaksa undur diri dari “debat kusir”. Kendatipun demikian, keadaan menuntutnya untuk gel

Dialog Dan Toleransi

Gambar
DIALOG DAN TOLERANSI Di Gorontalo, dua makam digali dan dipindahkan hanya gegara beda pilihan caleg. Di media sosial kian bertebaran ujaran-ujaran kebencian: gara-gara beda pandangan keagamaan dengan sangat mudah seorang ulama dikatai munafik, bahkan iblis, padahal sama-sama islamnya. Ya, suasana sosial-agama kita saat ini memang lagi tegang. Mulai dari makian, sampai tindakan ekstrim pun siap dilakukan cukup dengan alasan "beda pandangan". Lalu ada yang mengaitkan semua ini dengan masalah politik. Betul juga, tapi bisa jadi salah. Menurut saya isu politik itu hanya sekadar "angin" yang bisa datang dan pergi kapan saja. Ada yang lebih mendasar dari itu, barangkali yang menjadikan kita saat ini mudah disorong kesana kemari dan "digoreng" dengan isu-isu yang sekedar angin itu adalah karena nihilnya prinsip nalar-krtits dalam masyarakat kita. Ditambah model beragama yang lagi "tren" saat ini adalah beragama yang empiris dan cenderun

Tekstualis

Gambar
TEKSTUALIS Keberadaan sebagian kelompok islam yang mengatakan "umat islam harus kembali ke Al-Quran dan Al-Hadits " menurut saya cukup "berlebihan". Berlebihan disini maksudnya adalah antara teori dan praktik dalam realitasnya tidak sinkron, alias "gak genah". Tapi sudahlah, tidak usah dibahas, buang-buang waktu dan kuota. Tapi ada statement lain yang menurut saya tak kalah ngawur dan menyesatkan daripada statement tadi. Yaitu statement yang mencukupkan kita umat islam untuk kembali ke Al-Quran "saja", tanpa Al-Hadits. Menurut mereka, Al-Quran itu diturunkan sebagai penjelas atas segala hal yang dibutuhkan oleh manusia. Oleh karena itu orang islam tidak perlu susah payah mempelajari hadis-hadis Nabi, karena sudah dicukupkan dengan Al-Quran. Menariknya, untuk mendukung logikanya yang menyimpang, mereka tidak sungkan-sungkan menjadikan sebagian ayat-ayat suci Al-Quran sebagai dalil, seperti surat al-ankabut ayat 51, su

Khilafah Yang Kami Pahami

Gambar
Khilafah Yang Kami Pahami Dalam Majalah Al-Azhar edisi bulan Desember kemarin, saya menemukan sebuah tema yang sangat menarik. Yakni membahas tentang “ khilafah dan tanggung jawabnya di muka bumi.” Tema ini ditulis oleh seorang filsuf Azhary yang sangat terkenal kepakarannya dalam bidang akidah-filsafat dan isu-isu islam kontemporer baik di timur maupun di barat, beliau adalah Prof. Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq. Sejak pertama kali melihat tema ini saya langung tertarik untuk membaca dan mengerti lebih jauh mengenai konsep khilafah dalam pandangan beliau. Sebab saat ini saya merasa banyak sekali terjadi penyempitan makna yang disebabkan klaim sepihak yang melulu subjektif, dan kini, mindset seperti itu semakin membabi buta. Substansial makna dan simbol-simbol seolah-olah menjadi tunggal, dan terpaksa melebur sebagai "genus" yang sama: kabur. Diantaranya terjadi pada kata “khilafah” itu sendiri. Dalam tulisannya, Dr. Hamdi Zaqzuq tidak menggambarkan khilafah sebagai

Huruf

Gambar
Huruf Jalanan panggung pertunjukan Menakuti kemiskinan, silau Barang tambang ditimbun digadang Sama saja, sama-sama buntu Buat apa lahir kedunia, kalau melulu fana Buat apa jadi pemuda, kalau terbius fatamorgana Buat apa umur menua, kalau terbiasa durjana Jalanan panggung pertunjukan Yang malas berjuang akan malang Sang abdi terbang melayang-layang Bersama para burung, Sayapnya adalah huruf kebijaksanaan. Februari 09, 2018