Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Perihal Arti

Pujian tak selamanya putih Menggantung puji pastilah keji Yang diam tak kalah ramai Yang menang tak musti terang Yang mencari Yang tak risau Yang tenggelam Itulah segunung arti.

Lagu Kesukaanku

Aku ingin terus mengulang lagu favoritku itu sampai hari-hari menjadi bosan tapi tak sanggup saat melepaskan Aku ingin mendengarnya lagi Tepat malam-malam sekali Saat kita dibangunkan dalam mimpi yang samar Oleh dengung hening yang ingin dipahami dengan benar Untuk sekedar bertanya Kemana akan berhenti langkah-langkah sejarah Benarkah waktu selalu berputar pada alasan yang sama. 2019

Ibrahim bin Adham

Hidupku kini samudera berita Sejuta suara sepasang bibir penguasa Pikiran menghilang entah kemana Hati pun bimbang sedang dimana Lalu aku baca puisi abadi O eloknya cahaya ini Yang tak mau padam Sejak masa silam Seorang kembara  Telah sampai bumi utopia Di depan seorang raja  Ia ditanya perihal dunia Ialah secarik bisu yang ditambal Serpihan kata yang merobek agama Agama lari tunggang langgang Bersama makna, dunia menghilang. 29 April 2019

Istikamah

Hati yang mencoba setia Mengerti dan  senantiasa Merasa bahwa berpisah  Bukanlah hal mudah.

Aku Tulis Puisi

Sepertiga akhir keheningan Kuberusaha mengepul asap Dari sajak-sajak salon Yang ramai memusuhi hidup Yang membenci sepi                      Tertindih Membuih Di atas bara diri. ..... O sayap-sayap sang bestari!  Terbangakan sukma ini Menembus tujuh langit arti ..... Sejarah adalah kita  Yang bermuara  Pada akhir kata Makna sang fana. 29 April 2019

Kuusir Nanar

Ini malam aku pun kelam Rayu bisu kadang kupandang Sekadar bait napas yang singkat Kau pilihkan anggur timur,  aduhai damai, langit tersenyum lebar.

Jerit Bumi

Bumi hujan politik Membasahi jiwa yang kering Bersama angin ribut ia menarik segala ingatan Untuk dimuntahkan dengan hina dan segaja Dan agama selalu dijebak  Pada masa yang berbeda Oleh sengkuni yang sama.

#

Jendela malam mengigau aku sekian ingatan tersekap kulit kalimat o dahaga sang bijaksana!  gunung kesadaran ke hilir biru.

#

Tak ada keributan malam ini aku tak terlalu suka semua kebisingan menjadi tuan amarah  lalu secara perlahan merenggut gumpalan daging dalam ingatan kebencian dan permusuhan sama saja mereka adalah kumpulan serigala yang terlahir dari kekalahan atas diri sendiri. Seperti aku yang sebelumnya malam-malam aku kenali sebagai kata-kata aku ibaratkan manusia yang merdeka, jelita yang setia.  Sebab itu, tugas aku berusaha untuk terus terjaga  mengukir kisah hidup, mencurinya dari masa lalu untuk esok hari saat anak cucu tersenyum melihat sejarah.

#

Kita telah tumbuh dewasa kita telah bersusah payah untuk membuat orang lain berbeda dan tak mengerti perihal kata-kata sebenarnya. Seandainya sama-sama perjuangan mengapa harus bersikukuh menang rupanya kita lebih senang kembali menjadi bocah  yang asik bertengkar saat bermain layang-layang kita sering memepersoalkan  Layang-layang siapa diantara kita yang paling bagus dan terbang paling tinggi di awan padahal apalah arti sebuah layang-layang andai tanpa hal-hal kecil yang membuat kita berlari kesana kemari di lapangan: angin. Sudahlah kawan, mari selesai untuk sekedar mengaku dan menyalahkan mari kembali menyapa angin dan bergabung dengan yang lain untuk bermain layang-layang dan bersenang-senang.

Manusia

Itulah mawar merekah dihias gelisah sukma  aroma terlahir durjana terasing kata sembah menjual diri pada fana. Yang membaca hati kembara kalimat suci menuju aku yang jernih bersetia guru-guru bestari telah sampai merdeka diri. Ada juga memilih durhaka yang terhapus kata cinta menuju jurang nestapa atas bakti musuh makna atas diri yang celaka.

#

Aku ingin menjadi kalimat yang tak dimengerti dalam sebuah puisi lalu aku biarkan orang-orang melupakan huruf-huruf yang aku karang dengan sederhana itu dan aku cukup menyadari darimana semua bahasa aku berasal Kini aku yang tumbuh dari masa lalu masa-masa remaja saat mencintaimu dengan tanpa banyak kata tanpa rencana tanpa mengerti apa yang sebenarnya kita mau entahlah, aku tak terlalu yakin  masihkah ibu menyimpan seragam biru yang sering kita pakai dulu tapi aku dan kau terlanjur menjadi sejarah yang aku tulis seorang diri dalam sebuah catatan kecil: ingatan tentangmu.

Dawuh

Ada orang yang bertanya kepada Syekh Abdul Halim Mahmud:  " Adakah auliya (para kekasih Allah Swt) yang hidup saat ini? " "Ada." " Bisakah engkau menyebut satu sosok yang masih hidup saat ini? " Beliau menjawab: " Syekh Muhammad Zaki Ibrahim." Disarikan dari dawuhnya Syekh Umar Hasyim yarhamhumulloh

#

Dengan hati-hati aku mencari tempat duduk paling samar di pojokan kamar Muak sendiri menatap kalender yang semakin berdebu, ingatan yang lupa, usaha yang rencana Anak-anak kecil saat ini lebih senang berteduh di bawah poster-poster yang tersenyum dipinggir jalan daripada berangkat ke sekolah, untuk menghapal sejarah, atau sesekali belajar menabung membeli buku puisi dunia ini luas, malam ini dalam, tapi kehidupan selalu bermula dari bentuk yang terlihat kecil: hati. Kita selalu pintar menyiasati keadaan, tapi hatilah yang lebih tahu kapan mendung bisa menemukan senyuman yang tulus dan kapan kemapanan tak jarang menjadikan kita semakin haus.

Dawuh

من لا محبة له لا ادب له ومن لا ادب له لا طريقة  له Barangsiapa yang tidak mempunyai mahabah, maka ia tidak mempunyai adab. Dan barangsiapa yang tidak mempunyai adab, maka ia tidak mempunyai jalan. Syekh Abdussomad Muhanna

#

Rumah kecil, dinding buku dan gemericik air  yang akan aku kenang dalam sajak-sajak tuaku nanti sebuah malam yang memaksaku kembali mengingat hujan pada tatapan seorang anak kecil di suatu sore yang panjang kulihat ada senyuman, ada kepercayaan, dan tangis yang menjadi pelangi di mukena putih milik ibu aku masih ingat masa-masa itu ibu engkaulah yang mengajarkan aku untuk memeluk air mata bersama waktu dan benar katamu, aku tak pernah berhasil menjadi anak yang dewasa Sampai kini aku hanya berusaha menghapal pesan-pesan ayah  yang terus kuingat dan kuulangi setiap hari setiap kali mentari mengembalikan harapannya pada embun pagi bahwa untuk menjadi anak yang hebat aku cukup menjadi penghapus yang menutupi duka  lalu bersegera  menyelesaikan kekalahannya, itu saja sebab itu, kata ayah, aku harus terus melangkah. Kairo 13.04.19

#

Sungguh aneh menjadi kita,  manusia.  Sejarah katanya untuk memekarkan daun kasih  mengukuhkan akar sejati Tapi di depan cermin semu yang kita rindu sebatas belenggu dan berulang kali kursi-kursi pengabdian menjadi karib atas kepentingan pribadi saat ini aku ingin berlatih menjadi sungai saja yang setia pada ricik doa, dan terima menatap arus yang kau obok-obok dengan tangan kudusmu itu. semakin kudekati duka ini kubiarkan isak beringsut pergi menuju pagi yang dihadiahkan setiap hari memang tak ada hening yang abadi, pikirku. Bagiku malam hanya sekedar aku yang menangisi masa lalu kata-kata sederhana yangterlahir untuk membenci sajak-sajak palsu, yang biasa mengurung wajah semesta  di balik dinding besar bernama kenestapaan. sudahlah, benci dan damai sama saja ia hanyalah hujan yang terkadang lupa bahwa untuk dikenang, cukup ia menjatuhkan diri demi membasuh air mata bumi dalam tugas-tugas abadi.  11.04.19

Dawuh

اسرار اللغة هي في الاصل اسرار النفس الانسانية وهذه الاسرار لا تدرك الا بشيء من حضور النفس والعقل Rahasia di balik sebuah bahasa adalah rahasia di balik jiwa manusia. Ia tidak akan didapatkan kecuali dengan akal dan kesadaran jiwa itu sendiri. Syekh Muhammad Muhammad Abu Musa

Tas Kecil

Pada payung malam Kutatap jalan hidup  Bersemai dedaunan kata Bertumbuhkan makna rindang Adakah sepi?  Mengapa lirih?  Entahlah, diam saja aku disini Sendiri menatapi Tas kecil berisi Kertas-kertas putih suara-suara suci Yang aku nodai sendiri Tapi kita masih menyimpan Tas kecil itu kan, kawan?  Sudah seharusnya kenangan Tak luput diperjuangkan 2019

Kata

Pagi ini Rasanya enggan dan Bosan, untuk bilang Selamat pagi kawan Atau selamat-selamat yang lain Entahlah, kini aku merasa Selama ini aku telah kepedean Atau bodoh yang berlebihan Tak ada pagi yang Tiba-tiba selamat Yang datang beriring malam Dengan sederet makna dalam kumpulan Diwan berisi sajak-sajak langit keagungan Haruskah kuucap selamat pada waktu Sedangkan masa lalu terus menggumpal semu Menggelembung dan melayang tinggi ke angkasa Mendung nafsu angkara Mengadang semesta Dari hujan dan cahaya Tak ada lagi kata selamat, kawan Tak ada selamat pagi Tak ada selamat waktu Tak ada selamat aku  Bahkan tak ada yang tiba-tiba maujud  Andai tanpa Kehendak dan Kodrat. Tapi kita dan waktu sama-sama dituntut Menerima dan membaca isyarat Dari segala ayat yang tersirat. MARET 2019

Fatamorgana

Di balik reranting tempat burung-burung memadu kasih Dan warna-warni pelangi yang menghibur anak-anak gadis Usai petir dan hujan yang mengundang mendung resah A da saja yang memilih kekalahan Ia bernama kelalaian Atas kasih dan damai yang tak disebut dengan jelas darimana namanya berasal Tapi dalam Isyarat itulah balasan Terpedih dan amat menyakitkan Saat semesta hanya mengenang aku Semua asal, semua sebab dan semua kata hanya untukku Tapi kuucap engkau Untuk mengentas kenestapaan Untuk merayakan kebenaran dan kuasa la ngit, pikirnya, tapi itu sungguh fatamorgana Allah dan orang-orang mukmin  Tak mungkin dapat dikelabuhi Sejatinya kepentingan dan kecongkakan Hanya akan bersusah payah Menyiasati dan menipu diri mereka sendiri. _____________________________________ Deskripsi:  Saat ini, atau bahkan sudah menjadi bahasa kehidupan yang terus terulang di setiap zaman, sulit sekali bagi kita ntuk membedakan mana yang kawan dan mana yang lawan, mana yang membela agama dan mana yang menista ag

Dawuh

الأمم اذا استنارت عقولها واشرقت الأرض  .بضياء الفكر صارت جنة Ketika umat manusia telah bersinar akalnya dan mampu menyinari dunia dengan pemikiran-pemikiran yang mencerahkan, maka saat itu dunia akan menjadi surga. Syekh Muhammad Muhammad Abu Musa

Dawuh

التعصب للكتب حماقة ولكن بيان ما في  .الكتب  امر واجب Fanatik terhadap beberapa buku adalah kedunguan, tapi menjelaskan isi buku tersebut adalah keharusan. Syekh Muhammad Muhammad Abu Musa

Dawuh

لا تسارع بإنكار كلام العالم و تخطؤه الا بعد التراجع و تجتهد في ان تجد له تأويلا يصرفه عن الخطأ. Jangan engkau terburu-buru untuk mengingkari kalam seorang Alim lalu engkau menyalahkannya sebelum menelitinya terlebih dahulu dan berupaya mencari penafsiran lain yang bisa menyelamatkan kalam tersebut dari pemaknaan yang salah. Syekh Muhammad Muhammad Abu Musa

Kata

Kekasih, cukup rasa gelisahku Saat berpisah denganmu  Sampai dikutuk dikafirkanpun  Adalah bumbu menambah kerinduan Kekasih, disebut dalam ilmu kalam  Memahami wujud diadakan perincian  Dari dloruri menuju nadzori  Dari nadzori menuju istidlali Tapi bagaimana mungkin  Seorang qois menjadi majnun  Tentang kekasih, disuruh belajar teori aqli Hanya lailanya, bahkan fana seorang diri Sama seperti seorang bijak bestari  Ahli haqiqi yang mengerti kekasih  Mereka tetap disebut ahli sejati  walau ucapan pun mereka tak pandai Adakah sebuah kenyataan  Bahwa itulah sebuah bagian  Malaul a'la berkumpul dalam jamuan  Yang kafir teruslah langgeng dalam kepedihan Hati-hati mengurus hati  Gandrung pujian tertipu rugi  Pecinta terasing diatas bumi  Diatas langit penuh ramai memujai Mengharap surga apakah amalmu  Adalah neraka bertumpuk dosamu  Berputus asa celaka akhirmu  Karena kekasih mengampuni cukup cintamu Aku merantau menjauhi desaku  Semenjak kecil terpaksa pisah keluargaku  Belajar benar me

El Karimy

Sepuluh tahun yang lalu, tersurat, Nasib baik turun dari langit Dikirimkan kepada setiap kita Untuk belajar kata sekaligus makna. Kita dituntun menuju sebuah tempat sederhana Dekat pegunungan tempat kekasih menikmati senja Yang didiami para ahli bijak bestari Dibaca kitab-kitab kuno dan puisi Kini aku terhempas jauh Melepas gerak, teduh Setiap kali kutulis jarak Dari dulu rasanya sesak Seperti kafilah yang mengadakan perjalanan Mendatangi pasar-pasar menuntut penghasilan Aku impikan suatu hari wujud perkumpulan Aku ceritakan kisah-kisah kebijaksanaan. Oktober 2017

ENGKAU SENDIRI, BUKAN AKU

Engkau sendiri kan, yang menanam dan merawat bunga ditaman, mengiring perjalananku? Engkau sendiri kan, yang menumbuhkan duri-duri itu, agar tak berpaling darimu? Engkau sendiri kan, yang tanpa sepengetahuan orang, mengirim layang-layang isyarat itu? Engkau sendiri kan, kekasih? 2018 Komentar

Kata

Sudah cukup usia semesta ini menua Tiadalah berubah tampak dzohir batinnya Semacam Bedug ditabuh ulang, pertanda akhir sekalian awalan Kisah anak Adam selalu bercampur tangis senyuman. Awalnya orang ingin mengarang kedamaian   Pagi dan siang berebut barang kefatamorganaan Ada pilihan, dia jelita penuh hakiki Tapi sayang dia disangka usang, tak berarti Akhirnya ini ingin aku fahami Bukanlah gagah, tapi murni akan hidayah Kalau dia berkehendak, pastilah damai rohani Terciptanya lemah, haruslah mengadu pada Dia yang Maha pemurah. 2018

Kata

Kata Rumi: "Seorang buta takut terjerumus kedalam lubang disetiap langkahnya, berjalan dalam ketakutan abadi. Dan orang yang tak buta mengetahui (semua hal) sepanjang jalannya. Entah lubang kecil atau sumur yang dalam. " _________________________________ Kecemasan adalah jati diri Yang terlanjur mabuk atas perkara duniawi Yang gagal memahami diri sendiri Yang luput memahami keindahan hakiki 2018

Kata

Malam selayaknya tenang, kawan  Mari kita basuh ribut masalah perut tadi siang  Mengaku hina, menikmati cahaya purnama  Bukan menyalakan sorot kepalsuan itu,  Ide-ide gulita, siasat membangun ilusi peradaban  Semakin manusia meninggikan bangunan  Semakin linglung dipenuhi keinginan  Toh ujungnya terkubur dimakan liang kematian  Mata seharusnya tak hanya menatap kedepan Tapi juga kedalam kenyataan  Kalau indera sebatas hiasan,  Apa bedanya, rupa anjing jalang. Februari 2018 

Benarkah Ini Puisi

Sekarang aku tak lagi mengerti Apa itu yang disebut puisi Eyang Awalnya kubaca huruf-huruf itu Tetes-tetes makrifat dari bening sukmamu Sungguh manis sekali ajaranmu Eyang Tiada bosan aku muroja'ah Gugusan empat bait yang kau anggit Kau bicarakan Tuhan kau terangkan kasih percintaan Cerita perahu pengabdian Semakin menyelam, kau dan aku terasingkan Orang-orang lebih senang membaca kulit Cenderung daging dan kelamin Inikah yang disebut sepelarian, tuan Dari sajak-sajak bertambat syahwat Yang lebih senang melukis gunung dan lautan Tiada kenal lagi perkara-perkara samar nan dalam. 2018

Kata

Aku sadar betul ma Bahwa puisi bukan ruh Kebenaran telah terang Hati bersuci raga mengabdi Puisi sebatas cermin Mengempu al quran Kalam Tuan Yang turun diucap puji Anak muda harus mengerti Kemana jua hendak berbakti Tersesat amatlah duka Terjaring kebendaan fana Sekejap kata berupa mahkota Mendayung menuju intan permata Saat diseja angkara Senasib imriil qois, amat celaka Mula-mula harus bebersih hati Tugas manusia yaitu tahu diri Buah ilmu adalah hidayah Tambah ilmu mendekati kekasih Darrosah 13 maret 2018

Kata

Disore tadi, di Rab'ah, Rasanya aku sedang dipaksa telanjang dikeramaian. Oleh kenyataan, sebuah surat dari Tuhan. Entah orang-orang mengawasi atau tidak, Aku mencium sesuatu yang benar-benar busuk, Dalam diriku sendiri. Kutatap: dua bocah sedang duduk diatas kendaraan. Sambil tersenyum, mereka terus meledekiku, Matanya bening seperti rembulan dalam kegelapan. Kulihatnya asik bersandar dikarung yang menggunung Berisi rongsokan, beras yang akan dibawa pulang. Isaratnya: Dasar pemuda payah. Tak tahu diuntung atas anugerah. Lalu kubaca dari sang bijak bestari : "Sebaik-baiknya ucapan, Adalah laa ilaaha illalloh. Sebaik-baiknya sebutan, Adalah alhamdulillah." Darrosah 16 maret 2018

Dawuh

" Pemaknaan yang baru adalah sesuatu yang musti dilakukan oleh setiap manusia. Adanya umat yang unggul dan umat yang tertinggal merupakan jalan perjuangan kehidupan yang terus berlaku dalam setiap zaman." ~ Syekh Muhammad Muhammad Abu Musa

Dawuh

 : قال سادة مشايخنا اذا جالست العلماء فاحفظ لسانك واذا جالست الأولياء فاحفظ قلبك. Guru-guru kami berpesan: " Saat engkau bersama ulama, jaga lisanmu. Dan saat engkau bersama auliya, jaga hatimu. " ~ Syekh Muhanna

NURANI

Kenapa sih dalam kehidupan sehari-hari selalu ada cekcok dan perselisihan? Seolah-olah tidak ada lagi rasa pengertian dan saling menghormati antar satu sama lain. Ya, budaya ribut atau saling ngotot menandakan adanya masalah ( ketidaksehatan) dalam dua daya khas manusia : nalar dan nurani.  Nalar yang sehat menjadikan gerak kehidupan berjalan secara runut dan sistematis. Seseorang dengan pikiran yang jernih akan mampu memahami serta menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Disini dia akan mengerti kapan dia bertindak atas nama hak pribadi, dan kapan dia harus menakar segala perbuatannya yang berhubungan dengan "hak selain diri", sosial.  Sederhananya, kemampuan nalar adalah kemampuan untuk mencapai kebenaran yang bersifat angka-angka ( haqiqoh riyadliyah) alias pasti (dloruri). Dan nyatanya, realitas tidak sesederhana dan selugu itu dengan selalu diisi dengan perkara-perkara tersebut. Selalu saja ada "daya" ataupun "kuasa" yang mau mencoba menembus

Catatan

Seseorang bertanya kepada Abul Hasan al- Majnun : " Benarkah engkau ini seseorang yang gila? " " Kalau lupa dunia iya, tapi kalau tentang makrifat tidak. " jawab si Majnun.  " Lalu bagaimana keadaanmu dengan Tuhanmu? " " Aku tidak pernah berpaling dariNya semenjak aku mengenalNya." jawab si Majnun.  " Dan semenjak kapan engkau mengenaliNya? " lanjut si penanya.  Beliau menjawab: " Semenjak namaku dimasukkan dalam golongan orang-orang gila. " (Uqolaul Majanin hal-162) 6 November 2018

Catatan

Mendengarkan Kebenaran            Pengakuan sebagai hamba berarti kesadaran secara total akan ketiadaan kuasa  (amal) dan pengetahuan (ilmu) seorang diri melainkan  dari pertolonganNya ( taufiq)   serta ajaran dan sang pemilik kebenaran atau al haq itu sendiri.  Imam Qusyairi dalam lathaif isyarohnya memberikan pemahaman yang cukup menalam mengenai hal ini. dalam menafsiri ayat     الذين يؤمنون بالغيب  , beliau berkata : " hakikat sebuah keimanan adalah dengan membenarkan terlebih dahulu (at tashiq), lalu benar-benar membuktikannya secara hakiki ( at tahqiq). Dan yang menghadirkan keduanya itu tadi adalah pertolonganNya. Adapun pembenaran itu bisa ditempuh melalui lantaran akal, sedangkan pembuktian itu bisa digapai dengan berusaha sekuat tenaga dalam memenuhi janji kita kepada Alloh SWt sebagai seorang hamba serta menjaga diri dari batas (had) yang telah ditentukan. Oleh karena itu maka yang isebut sebagai seorang mukmin adalah mereka yang membenarkan ajaran Tuhannya serta benar-

Catatan

Muhammad bin Ahmad bin Hamdan berkata : aku mendengar Jakfar bin Ali bin Syaiban di Basroh berkata : aku mendengar Muhammad bin Junaid berkata : telah sampai kepadaku sebuah kabar bahwa Bahlul al-Majnun rodiyallohu 'anhum menulis di telapak tangannya sebuah penggalan syair: يا رب حقق حسن الظن بكا  Dan di keningnya : إن كنت عبدا فكن تقيا # واعمل لمولاك ما يريد  # uqolaul majanin darun nafais hal-153  Arti syair : ~Duhai Tuhanku, beri aku prasangka  yang baik nan sejati tentangMu ~ jika engkau benar-benar mengaku sebagai hamba, bertakwalah  Lakukan segalanya demi Tuhanmu, apa pun yang Ia mau. 23 November 2018

Catatan

Lambat laun, kita semakin paham: di mata kehidupan, prinsip memang sangatlah berarti, dan benar-benar dibutuhkan. Saat ini, gampang sekali orang menjadi tenar, dengan sekejap saja mampu menyulap kedamaian. Lalu pudar, tersekap dan terhimpit dalam megahnya ilusi. Tidak seperti para bijak bestari itu. Dalam cerita-cerita, kudapati mereka begitu terasing dalam waktu; tidak ada puja-puji manusia; tak terlalu dungu atas kepentingan yang memuakkan. Bagi mereka yang sepatutnya dimengerti adalah perihal diri dengan nilai, keber-ada-an dengan Tuhan, sang fana dan yang sejati. Dan itulah yang menjadikan mereka luhur dan abadi. 1 Desember 2018

Catatan

Suatu kali, Sa'dun al-Majnun menghadiri sebuah halaqoh yang dipimpin oleh Dzunnun al-Mishri rodliyalloh 'anhuma, beliau berkata: Wahai Dzunun, Kapankah hati mampu memiliki kekuasaan, padahal ia tak lebih dari sekedar tawanan?" Mendengar itu, Dzunnun menyenandungkan sebuah syair: Ketika ia mendekat dan berbisik dalam hati Saat itulah hanya Dia yang terlihat dalam diri Mendengar itu sontak Sa'dun menjerit sekencang-kencangnya, lalu terjatuh pingsan. Setelah siuman, dia menyenandungkan sebuah syair: Sungguh tiada kebaikan selain mengadu kepada yang mengerti Dan sepatutnya itu kulakukan bila tidak ada kesabaran lagi. "Astaghfirullohal'adzim, la haula wa la quwwata illa billah." Sa'dun berkata lagi: " Duhai Abal Faidz, sesungguhnya ada diantara hati yang memohon ampun kepada Allah Swt sebelum ia melakukan kesalahan." Dzunnun membalas: " Benar sekali, hati yang seperti itulah yang akan mendapat pahala sebelum ia melakukan ketaatan. Mereka itu

Catatan

Kebenaran bukanlah eksistensi yang bisa disimpulkan dari bentuk-bentuk bilangan. Bahasalah yang akan selalu  menyuarakan dan mengisahkan keberadaannya di  tengah-tengah ufuk keterasingan. Dan kita pun cukup sabar menunggu untuk mengerti pantulan-pantulan isyaratnya. Maulana Rumi mengatakan:  " Tetapi, siapapun yang berpisah dari kalangan yang menggunakan bahasanya,  Sama saja ia tak berlisan,  meskipun ia dikerumuni ribuan suara." Jalan tak mesti sama. Dan yang bisa dilakukan kesepian adalah terus menerus berenang melewati lautan keterasingan itu. Melupakannya begitu saja. Darb al-Ahmar 20.12.18

Yang Disangka Gila

Suatu kali Malik bin Dinar memasuki pemakaman Basroh, disana dia bertemu Sa'dun Majnun rodliyalloh 'anhuma. Malik bin Dinar bertanya: "Bagaimana keadaanmu saat ini duhai Sa'dun? " Sa'dun menjawab, " Wahai Malik, menurutmu bagaimanakah keadaan orang yang setiap waktunya memikirkan bahwa ia akan melakukan perjalanan yang sangat panjang, tapi masih belum memiliki bekal dan persiapan, padahal kepada Tuhan yang Maha Adil ia akan dihadapkan? " Lalu Sa'dun pun menangis sejadi-jadinya.  Melihat itu Malik bin Dinar bertanya: " Apa gerangan yang membuatmu menangis? " " Sungguh demi Alloh, aku tidak menangis karena mengaharapkan dunia atau cemas terhadap kematian. Tapi aku menangisi umur yang berlalu tanpa amal kebaikan, perjalanan yang masih jauh sedangkan bekal yang sangat sedikit, serta balasan yang teramat pedih. Dan aku pun belum tahu apa yang akan terjadi setelah ini, apakah aku akan menuju surga ataukah neraka." jawab Sa'dun.

Catatan

Malam semakin malam, dan rembulan pun tak kunjung datang. Banyak sekali percakapan yang terjadi antara kata dan makna, pun terulang lagi malam ini. Kebenaran memang harus diagungkan dan dicari terus menerus, sejauh dan sedalam apapun itu,  meski dalam diri sendiri. Pada suatu jumat, dalam pengajian kitab Ihya Ulumudin, guru kami Syekh Abdussomad Muhanna berkata : "  Sesuatu yang harus dipahami pertama kali oleh seorang salik adalah bahwa dirinya sejatinya sedang dalam perjalan menuju Tuhannya. Dan yang menjadikan ia lupa sampai tidak mengenal (makrifat) Tuhannya adalah syahwatnya sendiri. " 26 November 2018

Catatan

Gambar
Kalau boleh menyimpulkan, pelajaran pertama sekaligus yang paling utama yang telah diajarkan orang tua dan guru-gurus saya adalah pelajaran mencintai: kepada kaum saleh, ilmu-ilmu agama, nilai-nilai dan pengabdian. Dan itulah yang membuat saya terus  belajar dan berjalan sejauh ini. Entah kenapa saya terus beranggapan, dan demikian yakin: tiada lagi suatu jarak yang mampu memisahkan nurani dari arti-arti. Kecemasan menjadi fatamorgana, harapan dan kepastian pun tidak pernah menjauh: mendekat secara metafisik, nan alami. Dalam kitabNya diterangkan: واذا سألك عبادي عني فإني قريب Kalau boleh membaca, kenapa Alloh Swt itu Maha Dekat dengan hambanya? jawabannya sederhana, karena Dia Maha Mencintai. 17 Desember 2018

Catatan

Kebenaran bukanlah eksistensi yang bisa disimpulkan dari bentuk-bentuk bilangan. Bahasalah yang akan selalu setia menyuarakan dan mengisahkan keberadaannya di  tengah-tengah ufuk keterasingan. Dan kita pun cukup sabar menunggu untuk mengerti pantulan-pantulan isyaratnya. Maulana Rumi mengatakan: " Tetapi, siapapun yang berpisah dari kalangan yang menggunakan bahasanya,  Sama saja dengan tak berlisan,  meskipun ia dikerumuni ribuan suara." Jalan tak mesti sama. Dan yang bisa dilakukan kesepian adalah terus berenang melewati lautan keterasingan itu. Melupakannya begitu saja. Darb al-Ahmar 20.12.18

Mua'dzah Adawi

Setiap kali siang menghampiri Dia tak mau berebut hidup lagi "Hari inilah aku akan mati " Dia terus mengulanginya: Mu'adzah 'Adawi. Ia meski terjaga sejak pagi Melawan lupa sampai sore hari Dan sampai datang malam nanti "Aku akan mati malam ini". Tapi Mu'adzah biarlah ia pergi Kitalah yang hidup masa kini Tak henti kita meyakini Semoga fana ini, abadi. Kematian adalah kehilangan pangan Ketiadaan jabatan Penghapusan nama dan pujian Sebab itu, kematian harus kita musuhi, dan lupakan. Ada kehidupan Ada kematian Ada Mu'adzah yang hidup dalam kematian Ada kita yang telah mati dalam kehidupan. Cairo, Februari 2019

Kata

Saat dedaunan tampak hijau segar Ia sedang berpura-pura bagaimana mungkin kerinduan tak membakar dirinya sendiri Layu, jatuh dan terinjak-injak Saat singa mengaung sedemikian perkasanya Ia sedang berpura-pura Bagaimana mungkin pengakuan cinta Terlihat gagah dan memaksa di hadapan kekasihnya Ia hanya akan merintih sepanjang siang dan malam Ketika gunung terlihat megah dan membiru Ia sedang berpura-pura Bagaimana mungkin rasa takut akan perjanjian Tak mengukir jurang-jurang kesedihan Ketika petani cukup kenyang menikmati hasilnya Ia sedang berpura-pura Bagaimana mungkin seorang kekasih Cukup senang menikmati buah Yang tak ditanam sendiri oleh kekasihnya Ketika bayi menangis saat dilahirkan Ia sedang berpura-pura Bagaimana mungkin keyakinan Akan pertemuan, tak merelakan Takdir berjalan di bumi kenestapaan. Cairo, Februari 2019

Kata

Tetiba jutaan aksaraku kalut Darah mengalir tak seperti biasanya Nadi-nadi tampak murung Kumbang pun memuntahkan madu Yang ia hisap sendiri dari mawar kesukaannya Dunia sebesar ini memang tak kasat mata Dan nyatanya sejarah pun tak hendak merekam gerak-gerak mekanik Lalu mengukur inci demi inci Tentang rambut kusutku yang kian congkak Kehidupan menjadi kacau dan berirama sesuai susunan hati Yang menemani kita menunggu senja Hanya untuk nilai, yang tak terlihat: seperti rasa Nilai adalah seorang ibu yang tak bsan-bosan tersenyum Dengan air mata yang mengairi jiwa semesta yang kering Ayah yang duduk berlama-lama di sebuah warung kopi Sederet cangkir kopi yang kian pasrah Menemaninya menghafal huruf-huruf Yang sering kami sebut satu per satu di kala tidur Sambil mengingat jumlah beras untuk sarapan kami esok pagi Pemaknaanlah yang menjadikan guru-guruku Rela bertengkar dengan jarak Mengayun sepeda tuanya Untuk datang kedalam kelas pagi-pagi sekali Ya, kehidupan ta

Bunga Utopia

Gambar
Nil tahun lalu Bunga Utopia Separuh malam yang setia merekam sajak-sajak abadi. Tentang kepedihan yang terlahir semenjak kesadaran memeluk begitu erat beriring penggalan detik cepat. Setiap kesadaran mengajarkan rasa sakit tak tertahan. Itu katanya, isyarat sejati dari hati yang putih. Tapi aku sendiri tak begitu yakin benarkah yang kurasa ini adalah kesadaran. Setahuku semakin jauh aku berjalan yang kutangkap sebatas kumpulan ingatan. Memancing kemarahan kepada diri sendiri. Akhir-akhir ini Rumi yang kukagumi tak sesuci sajaknya yang dahulu. Masa-masa remaja yang khas dengan celana kecil, senyuman alami tak berkepentingan, dan tatapan polos. Saat mawar menciumi dirinya sendiri, tak terjebak dalam duri. Nyatanya dalam hari-hariku, Tuhan tak pernah marah. Ia hanya membiarkan saja diriku berjalan panjang, mencari kesana kemari untuk menanyakan: masihkah musim semi setia dengan bunga-bunga yang berguguran di taman? Lalu kupetik beberapa tangkai untuk kubawa pulang.

Malik Bin Dinar

Gambar
MALIK BIN DINAR Empat jaman lagi pagi menjadi terang. Tak ada kata tak ada kehidupan. Aku berbaring sendiri di pojokan kamar, terkepung oleh hening, dan pelukan buku tak beraturan. Benarkah sepi menandakan perhentian. Orang-orang tidur di malam hari sebagai bukti: Hidup selalu berisi gerak-gerik yang terbatas dan kemauan yang tak kunjung puas. Ahli dunia tak punya waktu yang lumrah, di mata kehidupan nafsu angkara selalu bertingkah semenah-menah seolah-olah dirinya paling gagah. Apa yang kita inginkan sebenarnya dalam kehidupan? Seperti partikel-partikel kecil, sejarah merangkum enksistensi manusia, yang terlibat dalam rentetan kejadian besar: arah petunjuk Tuhan, pertumpahan darah atau kefanaan. Malik bin Dinar mengartikan kehidupan melalui watak yang paling sederhana. Yang terpenjara oleh dunia, akan meninggalkan semesta tanpa merasakan buah termanis dalam kehidupan: mengenal Tuhan. 2019 📷 Suatu siang di area masjid Azhar.

Ibnu Sirin

Gambar
IBNU SIRIN Dalam sebuah percakapan di sore hari Seorang teman berkata pada Ibnu Sirin Kau tahu orang itu? Dia adalah ahli ilmu! Hari mulai petang Keduanya pun pulang Kembali kerumah masing-masing Esoknya mereka berjumpa kembali Betul kan apa yang aku bilang? Ibnu Sirin terheran-heran Katanya: Benar sekali! Saking pintarnya, Ia telah berkata apa saja Dan menceritakan apa saja Tapi ia tak tahu Kalau dirinya tuli dan bisu. 2019

CHRISTCHURCH

Gambar
CHRISTCHURCH Adakah yang lebih tak manusiawi daripada seorang insan yang menyulut api benci? Brenton Tarrant tak ingin peduli Selain ras-putih berarti penjajah. Musuh yang harus diperangi. Tarrant tak pernah butuh kata-kata apalagi merindukan makna di sore senja. Di matanya kehidupan teramat sederhana: tak ada makna tak ada dosa. Prinsip-prinsip teoretis ia rangkum dalam sebuah tafsir kesengkunian: kedengkian dan peperangan. Dengan penuh sabar dan kehati-hatian Seraya berteduh di bawah rerimbun bayang-bayang Empat puluh sembilan muslim merayakan kematiaan (seperti yang ia rencanakan) Kebencian adalah mata tak berkepala, daging tak berdarah, pepohonan tak berdaun,taman tak berbunga, lautan tak berombak, dunia tak berlangit, sepi tanpa temu, ingatan tanpa kenang, malam tak berbintang, sebab itu semua: kebencian adalah sejatinya kekalahan. 2019