#

Rumah kecil, dinding buku dan gemericik air 

yang akan aku kenang dalam sajak-sajak tuaku nanti

sebuah malam yang memaksaku kembali mengingat hujan

pada tatapan seorang anak kecil di suatu sore yang panjang

kulihat ada senyuman, ada kepercayaan, dan tangis yang menjadi pelangi di mukena putih milik ibu

aku masih ingat masa-masa itu ibu

engkaulah yang mengajarkan aku untuk memeluk air mata bersama waktu

dan benar katamu, aku tak pernah berhasil menjadi anak yang dewasa

Sampai kini aku hanya berusaha menghapal pesan-pesan ayah 

yang terus kuingat dan kuulangi setiap hari

setiap kali mentari mengembalikan harapannya pada embun pagi

bahwa untuk menjadi anak yang hebat

aku cukup menjadi penghapus yang menutupi duka 

lalu bersegera menyelesaikan kekalahannya, itu saja

sebab itu, kata ayah, aku harus terus melangkah.


Kairo 13.04.19

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Memoir Februari- Mei

Hapuslah Kesedihanmu

Apakah Agama itu Sederhana?