Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

Apakah Agama itu Sederhana?

Kita tahu, ketika melihat sejarah, yang bercerita tentang pertumpahan darah, tak jarang agama dilibatkan dan dibawa-bawa. Dalam Film Viking misalnya, di sana kita melihat beberapa pertempuran yang seolah sama-sama mewakili agama, satu pihak "atas nama Odin", dan pihak lawan mengatakan "atas nama (tuhan) kristen". Padahal ada yang musti kita curigai, agama tak sepenuhnya menjadi motif tunggal dalam kejadian sejarah tersebut, unsur kepentingan dan kekuasann justru memiliki porsi yang lebih dominan. Begitu juga peristiwa teror yang terjadi--setidakny dalam dua dasawarsa terakhir-- akhir-akhir ini, juga kekerasan identitas yang sering menyatut label "Islam", padahal kita tahu Islam (sebagai ajaran) sendiri sejak kapan arif dengan kekerasan dan kemungkaran semacam itu? Barangkali demikian cara sejarah memberi kesimpulan: antara " agama" dan "yang beragama" musti diberi jarak-- dua hal yang kadang menyatu, tapi seringkali ia tak menyatu,

OASIS

Sekitar jam sepuluh malam saya terbangun dari tidur. Saya langsung menuju kamar mandi untuk cuci muka. Lalu saya nyalakan kompor buat masak air. Beberapa menit kemudian teh panas sudah mengepul. Saya nyalakan lampu kamar, akhirnya ritual ngeteh (bahasa mesirnya "ngeshay" pun dimulai, tak lupa dibersamai Ibnu Arobi dengan "fushus al hikam" nya. Menit demi menit berjalan cukup hikmat. Sekitar sejaman berlalu, saya merasa kayak ada yang kurang. " oh, ya, syisa! " Setelah melewati "birokrasi" yang agak lumayan, karena harus beli arang yang sudah habis, dan untuk mendapatkannya saya harus turun-naik tangga dari lantai enam. Akhirnya semua sudah "ready", alias " nyepak". Lampu rumah saya matikan semua, dan cuman lampu teras saja yang saya nyalakan. Gitu pun agak redup. Oke, di situlah tempat saya melanjutkan ritual ngeshay dan nyisah. Sambil ngebul dan nyeruput teh, saya menikmati suasana malam dan pemandangan kota kairo yang khas

Pesan Kritis Dari Imam Syafii Kepada Pencari Ilmu

Pesan Kritis Kepada Pencari Ilmu Dari Imam Syafii Tidak ada rasa puas dan kenyang bagi seorang pecinta ilmu pengetahuan. Hari-harinya selalu dipenuhi dahaga untuk terus mencari, belajar, dan membaca.  Tapi perihal mencari pengetahuan bukan urusan sederhana. Begini misalnya: orang mencintai ilmu itu sudah benar, tapi tentang bagaimana seseorang mencari ilmu itu soal lain, artinya mengenai cara mendapatkan ilmu itu sendiri tidak semuanya benar.  Maka dari sinilah muncul statemen: " belajarlah pada guru yang tepat! ",  " ilmu harus ada sanadnya".   Dan dari latar belakang semacam ini muncullah teks seperti " ta'lim muta'allim", sebuah karya masterpiece Syekh Az Zarnuji. Di dunia pesantren teks ini merupakan kitab wajib, semacam pedoman mencari ilmu bagi santri.  Dan saya bersyukur sudah berkesempatan ngaji ke Mbah Yai Anwar Mansur hafdzohulloh ketika di Lirboyo dulu.  Hal tersebut sama halnya dengan soal beragama. Orang mencintai agamanya itu benar, t

Pertemuanku Dengan Fushus al Hikam

Pertemuanku Dengan Fushus al Hikam Dua hari ini saya merasa ada yang kurang dalam hidup saya.  Saya tidak berjumpa lagi dengan "fushus al hikam"  Muhyiddin Ibnu Arobi.  Saya tidak memiliki bukunya, dan buku sebelumnya yang saya pinjam dari teman saya harus saya kembalikan karena bagaimanapun saya menggemari membacanya, saya sadar itu bukan buku saya.  Meskipun buku pinjaman, saya tetap bersyukur karena sudah membacanya sampai khatam. Dan sebenarnya niat hati ingin mengulangi terus seperti "wiridan", yakni dengan satu hari satu fasal seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya.  Sebenarnya saya sudah mendengar nama Ibnu Arobi sejak di pesatren dulu, atau malahan ketika di rumah, berarti saat itu saya masih belum berangkat ke pesantren. Tepatnya dari menguping tanpa sengaja dari percakapan orang tua saya dengan beberapa kerabatnya. Mengenai bagaimana jelasnya,  dan persisnya isi pembicaraan tersevut saya agak lupa, terdengar sedikit agak remang-remang. Tapi bukan teks  f

Belajar dari Butet Kertaradjasa

Saya sangat bersyukur karena Indonesia memiliki konten youtube yang menurut saya sangat berkualitas, yaitu humor sufi. Mulai dari hostnya yang diperankan oleh Gus Candra, seorang budayawan, agamawan, sekaligus penulis yang sangat bertenaga, selanjutnya co-host yang diisi oleh pakde Prie GS, budayawan dan penulis juga yang menurut saya pikiran-pikiran beliau sangat menyegarkan, solutif, dan sangat membangun.  Saya tidak pernah bosan mengikuti setiap episode yang dihadirkan oleh beliau-beliau itu. Di tambah nara sumber yang keren-keren selalu memberi khazanah kearifan sesuai pakemnya masing-masing.  Pada episode terbaru yang menjadi tamu undangan adalah seorang aktor terkenal sekaligus jurnalis senior bernama Butet Kertaradjasa. Dari beliau saya mencatat banyak hal berkaitan kesenian, keaktoran, dampak-dampak positif dari pekerjaan yang dilakukan dengan senang hati dan tanpa pamrih, proses seorang jurnalis, dan lain-lain.  Tapi ada satu hal yang paling menarik perhatian saya. Yaitu perny