Kata


Tetiba jutaan aksaraku kalut
Darah mengalir tak seperti biasanya
Nadi-nadi tampak murung
Kumbang pun memuntahkan madu
Yang ia hisap sendiri dari mawar kesukaannya
Dunia sebesar ini memang tak kasat mata
Dan nyatanya sejarah pun tak hendak merekam gerak-gerak mekanik
Lalu mengukur inci demi inci
Tentang rambut kusutku yang kian congkak
Kehidupan menjadi kacau dan berirama sesuai susunan hati
Yang menemani kita menunggu senja
Hanya untuk nilai, yang tak terlihat: seperti rasa
Nilai adalah seorang ibu yang tak bsan-bosan tersenyum
Dengan air mata yang mengairi jiwa semesta yang kering
Ayah yang duduk berlama-lama di sebuah warung kopi
Sederet cangkir kopi yang kian pasrah
Menemaninya menghafal huruf-huruf
Yang sering kami sebut satu per satu di kala tidur
Sambil mengingat jumlah beras untuk sarapan kami esok pagi
Pemaknaanlah yang menjadikan guru-guruku
Rela bertengkar dengan jarak
Mengayun sepeda tuanya
Untuk datang kedalam kelas pagi-pagi sekali

Ya, kehidupan tak selalu tersusun dari gerak-gerak mekanik
Karena itu, sekeruh apapun semesta,
Setiap hari Tuhan mengajarkan matahari terik.

Darbul Ahmar 01.02.19

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Memoir Februari- Mei

Hapuslah Kesedihanmu

Apakah Agama itu Sederhana?