Arus Kata

Kata itu mungkin terbaring

menemani malam

yang karib terasing

Kini ia semakin cemas

terpinggirkan di seberang jalan sempit

ketakberdayaan yang tuntas


Apa yang seketika terlintas

Saat melihat gelandangan berbaris

Di kota penuh buku dan ilmu-ilmu

ketaksanggupan tanpa ragu:

itulah kehidupan

itulah keterasingan.


Haruskah kita salalu

sembunyi di balik, "bukan aku"

"bukun urusanku".



Masih pantaskah ini

disebut kata-kata, 

apalagi kalimat, 

apalagi suara dan nada

masih akukah aku

masih layakkah semua ini!  


Apa yang masih mungkin dikerjakan

oleh seorang pemuda yang ternyata

lupa mengapa, dari mana

dan kemana hendak pergi bias-bias itu


Kita adalah bias

pun bahasa dan kuasa

Saat ada sorak-sorak dalam pesta

mungkin itu air mata

sedang mancari gelas

untuk sekedar tumpah

kesedihan yang merindukan

pulang, dari hilang; 

kembali, ke yang suci.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Memoir Februari- Mei

Hapuslah Kesedihanmu

Apakah Agama itu Sederhana?