Riyadloh

"Orang yang mempunyai ilmu dengan diriyadlohi dan tidak diriyadlohi itu hasilnya beda. Riyadloh yang paling utama adalah istiqomah." Dawuh Mbah Yai Mahrus Ali.

Makanya dulu pas mondok di kediri, saya melihat para santri-santri senior banyak yang riadloh. Seperti puasa "nahun", puasa "ndalalil", dan ada juga yang puasa "ngerowot" dan model-model tirakat yang lain.

Satu lagi yang masih dipertahankan dalam tradisi santri yaitu tradisi tidak pulang. Seingat saya, dulu ketika ada santri yang datang, untuk tahap awal mereka gak boleh pulang sampai minimal tiga tahun dulu. Di antara yang menekankan itu adalah Si Mbah Kyai Ahmad Mahin Toha (setahu saya seperti itu karena saya dulu nyantrinya di pondok Darussallam). Jadi santri boleh pulang minimal pas tamat ibtida'.

Ada juga cerita, saat itu santri yang nahun sampai khatam amriti (berarti tiga tahun tidak pulang), pas ijazahan sama Mbah Yai Idris Marzuqi allohu yarham ditantang, " sinten sing purun nerus sampai khatam al fiyah, ngacung, engkin kulo dungaaken! ". Beberapa santri pun mengacngkan tangan, dan langsung didoakan sama Mbah Yai. Berarti totalnya mereka tidak pulang selama limat tahun.

Itulah sedikit cerita dari tradisi psantren yang masih memegang budaya "riyadlohan". Megapa riyadloh itu penting? Iya, jelas, karena bagi para santri, ilmu itu tidak sekedar pengetahuan yang sekular. Tapi yang berkaitan dengan ketakwaan, yakni ilmu disini bisa diartikan pula sebagai "nur", cahaya. Dan nur itu sesuatu yang mulia, maka cara mendapatkannya pun harus dengan wasilah yang tepat pula. 

Makanya kalau dalam ilmu kalam, akal itu didefinisikan dengan " sirrun ruhaniyyun, mahalluhu fil qolbi, wa dliyauhu fid dimagh", yaitu sebuah entitas abstrak dalam bentuk ruhani, ia bertempat di hati, dan biasnya bisa dirasakan di otak". Pengertian ini lebih tepat dari pada sekedar " quwwah lin nafsi mu'addah li iktisaabil aro'", yaitu sebuah potensi dalam diri yang dipakai untuk memproduksi sebuah pemikiran. 

Dalam bahasa arab kata ilmu itu sepadan dengan kata akal. Karena dia bertempat di hati, maka cara menghasilkan ilmu yang bermanfaat ya harus dengan membersihkan hati itu sendiri. Dan riyadhoh mempunyai peranan penting di sana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Memoir Februari- Mei

Hapuslah Kesedihanmu

Apakah Agama itu Sederhana?