Nostalgia



Setelah membaca buku karya Nashr Hamid Abu Zaid yang berjudul "al tajdid wa al tahrim wa al ta'wil" saya merasa sangat kebingungan. Khususnya ketika dia berbicara mengenai pembaharuan keilmuan islam. 


Kenapa harus ada pembaharuan? Alasannya sederhana. Karena secara karakteristik undang-undang kehidupan selalu berubah, maka pandangan kita dalam konteks agama harus ikut berubah pula. Baginya, tidak bisa disebut pembaharuan jikalau apa yang kita lakukan hanya sebatas pengulangan terhadap pemikiran yang bersifat klasik, yang pernah diucapkan "di masa lalu". 


Saking banyaknya kritikan yang ia lontarkan, sebagai pembaca yang berusaha obyektif, saya tidak ingin memihak ke salah satu pihak: Nashr Hamid dalam beberapa poin terkesan memihak ke muktazilah, dan sering menyerang paham-paham asy'ariyah. Saya bertanya-tanya apa yang diinginkan oleh seorang Nasr Hamid sebenarnya. Terkhusus ketika ia berbicara Al Quran sebagai sebuah diskursus ( al quran biwasfihi khitoban). 


Untuk saat ini, yang saya dapatkan hanyalah nihil. Dengan penuh kebingungan, dan perasaan yang "kurang jelas", saya berasumsi kalau dia hanya berbusa-busa dalam urusan metodologi. Tapi secara "tathbiqi", dia gagal. 


Di saat seperti itulah akhirnya saya ingin bernostalgia dengan  "ngelalar" nadzom uqudul juman,  seperti yang diajarkan guru-guru saya di pesantren dulu. Tepatnya ketika sampai pada bab "ahwal isnad khobari", saya senyum-senyum sendiri. Dijelaskan dalam kitab tersebut beberapa hal yang berkaitan dengan susunan kalam khobar. Seperti apa maksud dari sebuah kalam khobar;  keberagaman corak mukhotob yang berdampak pada corak khitob itu sendiri, kapan ada pengokohan (taukid) atau tidak; kapan mukhotob yang menerima (muqir) diposisikan pada mukhotob yang ingkar (munkir); haqiqot 'aqli dan majaz 'aqli dst. 


Dalam hati saya bergumam: seperti inilah ilmu yang benar, yang mengantarkan kita pada pemahaman yang benar atas Al Quran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Memoir Februari- Mei

Hapuslah Kesedihanmu

Apakah Agama itu Sederhana?