Yang Tidak Pasti

Seperti biasanya, tadi pagi saya bangun jam satu an. Maen hp sebentar terus ke "hamam", mandi dan gosok gigi. Setelah itu langsung solat dzuhur. Lalu lihat masih ada bekas kopi tadi malam yg masih banyak, saya pun bersantai ria dirumah: buka youtube, musikan, ngopi dan baca-baca sedikit. Tidak ada kegiatan apa-apa hari ini, cuman ada dua target saja: belanja buat pesanan, lalu ngirim ke pihak penjual bagasi, karena pemilik bagasi terbang ke jakarta besok malam,  satunya lagi ada tanggungan buat tulisan yang harus diselesaikan terakhir hari ini.

Sebelum garap kerjaan tadi, saya harus masak dulu buat sarapan (sekitar jam tiga sore). Maklumlah, namanya saja "jomblo tegar pribadi". Setelah sarapan, saya harus melakukan rutinitas harian: nyisah. Sudah pas, karena tokonya buka agak sorean, kadang habis magrib, jadi saya rencana belanja agak entaran. 

Setelah semua cukup, saya langsung bergegas berangkat dinas. Rutenya: belanja, bagasi dan ketemuan untuk garap tulisan. 

Ternyata, ketika berangkat, tiba-tiba kepala pusing, mual-mual alias gerges, dan muntah-muntah sedikit.

Akhirya saya terkapar. Ini gimana ini, kok tiba-tiba gerges begini di waktu yang gak tepat. Terlintas dalam benak ada pesanan yang harus di selesaikan hari ini, juga tulisan yang deadlinenya hari ini juga. 

Ya syudahlah. Meskipun belum dapat barang, tapi tetep ada tanggungan bagasi, berarti mau gak mau harus bayar biayanya karena sudah booking. Awalnya saya agak kepikiran, ditambah badan yg kurang fresh. Saya hubungi pihak bagasinya, saya bilang kalau belum dapat barang, dan karena sudah booking saya mau bayar. Setelah cukup lama, dia bales chat saya:

"O mau dicancel, yaudah nyantai saja! "

Saya diam, ngerasa ada sesuatu yang ganjil. Terus saya bilang kalau saya mau bayar, karena sudah booking. Entah itu separo harga atau terserahlah. Tapi dia tetep menolak. Sambil bilang: 

"Hahai santai saja. Mohon doanya saja! "

Saya tambah heran, dan agak sedikit bingung. Akhirnya saya sadar, barangkali dengan kejadian ini, Tuhan mengingatkan saya agar agak santuy. Ternyata ada beberapa hal yang realitanya gak serumit apa yang kita pikirkan. Dari kejadian tadi barangkali saya juga perlu mengambil pelajaran, bahwa belum tentu "semuanya pasti" apa saja yang ada di dunia ini. Kita seringkali terbiasa menyusun rencana-rencana, tapi selalu ada alasan semua itu mungkin terlaksana, begitu juga sebaliknya. Atau memang begitulah karakter kehidupan, banyak hal yang menuntut kita untuk bertindak seimbang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Memoir Februari- Mei

Hapuslah Kesedihanmu

Apakah Agama itu Sederhana?