Sekedar Catatan Untuk Sebuah Proses

"Apa yang musti dilakukan oleh  seorang pengkaji atau pembaca?"

Bagi saya, pertanyaan semacam ini bukanlah sederhana, sekaligus sangat prinsipil. Dan berbicara tentang prinsip itu bukan urusan mudah: selalu ada pertaruhan disana.

Kemarin ada seorang senior datang dari Indo. Ke Cairo pastinya ada keperluan. Dengar-dengar sih sedang melakukan penelitian.

Lalu kumpul bersama kami para junior, berbicara dan sharing banyak hal. Lebih tepatnya memberikan pengarahan melalui ceramah singkat. Gak terlalu formal, tapi cukup intens dan esklusif. 

Diantara salah satu poin yang menurut saya "menarik" adalah  bagaimana pengalaman, atau "keadaan" yang dia rasakan dulu ketika di pesantren dan sesudah berangkat ke Cairo.  " Dulu setelah lulus pesantren, saya sangat mengangumi sosok Al Ghazali. Lalu setelah di Cairo dan membaca buku-buku Abid Jabiri, entah kenapa saya merasa sangat muak kepada Al Ghazali. Untungnya, saya bisa 'terselamatkan' setelah baca " al ma'rifah wa sulthoh" ( pengtahuan dan otoritas), karya Abdul Majid Saghir ".

Beliau tidak membicarakan secara detail dalam konteks apa sebenarnya dirinya "terjebak" dan akhirnya "terselamatkan". Saya pun kurang begitu peduli. Itu urusan dia. Cuman dari pengalaman tadi, ada nilai yang perlu dicatat untuk dijadikan ibrah: urgensitas sebuah proses; sensitifitas suatu pembacaan.

Dari pengalaman yang cukup tragik itu, akhirnya dia memberi catatan: "orang yang belajar tapi tidak selesai, itu lebih berbahaya daripada orang yang tak paham sama sekali".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Memoir Februari- Mei

Hapuslah Kesedihanmu

Apakah Agama itu Sederhana?