Catatan: Salah Penisbatan

Ketika berbicara mengenai "kammiah" (genus kuantitatif), Syekh Rakhawi mengutip beberapa  pendapat berikut argumentasinya dari dua filosof besar Yunani, yaitu Aristo dan Plato. Menariknya beliau tidak sekedar menampilkan apa saja ide yang disampaikan kedua filosof itu. Beliau juga menekankan bagaimana corak filsafat keduanya. Dalam hal ini, Aristo beserta para pengikutnya (para filosof paripatetik) oleh Al Rakhawi disebut sebagai para pemikir yang menghasilkan ilmu dengan menggunakan nalar-argumentatif ( al massyain fi al 'ilmi bi al sa'yi al dzahir). Sedangkan Plato dalam aliran filsafatnya digolongkan kepada al Hukama al Isroqy, yakni para filosof yang mendapatkan ilmu pengetahuan dengan pencerahan batin yang digapai dengan jalur riyadloh.


Dengan mengikuti pendapat tersebut, bisa disimpulkan pula secara sederhana bahwa aliran filsafat Aristo adalah aliran akal budi, dan aliran filsafat Plato adalah aliran pencerahan hati. Berarti pada keduanya terdapat perbedaan yang sangat signifikan. Tapi pensbatan semacam itu disangsikan oleh D. Hani Ali Ridlo dalam sebuah ta'liqannya terhadap tulisan Al Rakhawi tersebut.


Bagi Dr. Hani Ali penisbatan semacam itu sebagaimana yang dilakukan oleh para cendikiawan muslim adalah pemalsuan. Pasalnya saat ini terdapat beberapa pemikiran yang dinisbatkan kepada Plato dan Aristo, tetapi pada realitanya hal semacam itu tidaklah benar. Menurut beliau, yang melatarbelakangi kesalahan tersebut adalah adanya kesalahan dalam penerjemahan, atau salah dalam penisbatan buku-buku atau risalah terhadap kedua filosof tersebut. 


Adapun contoh kesalahan dalam penisbatan sebuah karya itu seperti risalah "Othology" atau "Al Rububiah" yang oleh Al Farobi dinisbatkan kepada Aristo dalam bukunya al jam'u baina ro'yi al hakimaini". Risalah tersebut sebenarnya  merupakan bagian dari risalah "Al Tasu'at" yang merupakan karya asli Plotinus (205-280 M). Dia adalah perintis filsafat aliran Neoplatonisme, sekaligus menjadi guru dari Porphyry, seorang filosof kebesaran Roma yang telah menulis buku Isagoji. Dalam buku itu Porphyry menggabungkan filsafatnya Palto dan Aristo.


Kalau kesalahan ini saja bisa terjadi pada seorang filosof sekaliber Al Farobi, maka tidaklah mustahil jika hal semacam itu bisa terjadi pada tokoh-tokoh yang lain.


(belum selesai)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Memoir Februari- Mei

Hapuslah Kesedihanmu

Apakah Agama itu Sederhana?