Ujian Azhar

 Hari ini adalah hari terakhir ujian termin dua di Azhar. Apakah saya akan naik ke tingkat kedua? Saya belum tahu. Yang pasti saya belajar banyak hal dari tahun pertama saya kuliah di azhar ini. 

Sedikit hal yang barangkali perlu untuk saya tulis, sebagai catatan pribadi saja, adalah pengalaman bahwa saya tidak pernah masuk kuliah selain pas ujian saja. Sistem perkuliahan di Azhar memang seperti itu. Mahasiswa tidak diwajibkan untuk mengikuti muhadloroh yang disampaikan oleh Duktur di kampus. Kita diberi kelonggaran untuk mencari guru (talaqqi) atau mengembangkan minat keilmuan masing-masing.

Kembali ke cerita awal. Sebenarnya tidak mengikuti muhadloroh di kampus bukanlah tidak memberikan dampak, tapi justru sangat mempengaruhi kedisiplinan seorang mahasiswa terhadap pelajaran (muqarrar) yang ditetapkan oleh Azhar. Dan itu sangat saya rasakan dalam diri sendiri. 

Selain teledor, alasan kenapa saya tidak pernah kuliah adalah karena saya tidak mempunyai muqarrar yang diajarkan Duktur. Hal itu membuat saya keberatan untuk mengikuti (memahami) muhadloroh Duktur yang terkadang menggunakan bahasa arab 'ammiyah. Dan alasan kenapa saya tidak mempunyai muqarrar adalah karena saya tidak mempunyai uang untuk membelinya. Meskipun secara nominal angka tidak terlalu besar bagi teman-teman saya, tapi itu cukup bernilai bagi saya karena memang sejak awal keberangkatan ke Mesir, saya memang tidak mempunyai ATM, alias tidak mendapat kiriman dari orang tua.

Akhirnnya untuk memdapatkan muqarrar, biasanya saya membelinya dalam bentuk poto copyan. Itu saja ketika sudah mepet waktu ujian, dan tidak semuanya bisa saya beli. Yang lebih saya utamakan adalah buku-buku yang memang tidak ada pdfnya. Kalau ada kadang saya gunakan untuk kebutuhan yang lain.  

Saya tidak bermaksud mengeluh dalam tulisan ini. Saya hanya ingin meyakinkan diri saya sendiri. Bahwa apa yang saya hadapi saat ini adalah proses kehidupan yang memang sudah digariskan oleh Tuhan. Apapun nilanya, saya harus menerimanya dan menyikapinya dengan hati yang besar. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Memoir Februari- Mei

Hapuslah Kesedihanmu

Apakah Agama itu Sederhana?