Jeda Ujian

Poto ini sangat menarik. Diambil dari balkon rumah oleh teman saya. Urusan mengambil gambar, aku lebih senang pinjam hp teman karena kualitasnya lebih bagus. Kalau tidak sedang kepepet, xiomi jadul kesayanganku ini tidak akan saya keluarkan untuk mengambil poto.


Dari kemarin saya sudah berniat untuk mengupload poto ini. Sudah saya siapkan caption berupa puisi receh yang dibuat hanya dalam beberapa menit saja. Isinya gak terlalu bagus, tapi berhubung sudah jadi puisi mau tidak mau saya harus memberinya judul biar kelihatan beneran. Judulnya "Di Kota Ini". Sudah saya upload di facebook, tapi selang beberapa menit entah kenapa saya merasa sayang kalau puisi tersebut diposting, akhirnya saya hapus dan saya simpan di blog.


Apapun captionnya poto senja ini tetap saya upload. Pikir saya "lumayan", setidaknya postingan saya sudah sedikit mengalihkan perhatian orang lain dari hal-hal yang negatif: seperti ribut politik di twitter, nyiyir di komentar Youtube. Intinya yang paling menyebalkan (bagi saya) adalah apa saja yang berkaitan dengan (isu) agama, tapi endingnya gegeran. Dari pada seperti itu ya mending ngelihat/mosting poto suasana senja, walaupun hal semacam itu saya ulangi setiap hari di story wa, ig dll. 


Bayangkan saja, hari raya idul fitri baru kemarin, tapi kalau lihat twitter, kok rasanya gak ada bosan-bosannya orang pada berantem. Ya biarlah. Barangkali hal semacam itu sudah menjadi jalan ninja mereka.


Disamping untuk sekedar mengalihkan perhatian, menulis seperti ini bagi saya adalah hiburan. Apalagi sekarang lagi ujian kuliah. Ujian termin dua di Azhar tahun ini sangat menarik. Karena ujiannya dimulai akhir bulan Ramadhan, efeknya seteleh lebaran kita punya kesempan libur hanya dua hari. Setelah itu melanjutkan ujian lagi, dan bagi teman-teman ushuluddin tingkat pertama masih ada tujuh madah yang harus diselesaikan. 


Ujian di Azhar itu sistemya "ndaud", alias dua hari sekali harus  membaca "muqorror" yang lumayan tidak tipis (kalau gak pake "talkhisan"). Kalau sudah seperti itu, yang bisa merefresh kepala saya adalah menulis. Meskipun gak jelas seperti ini. Tapi terkadang kita memang perlu melakukan hal-hal ringan seperti becanda, misuh, nyari apa saja yang lucu. Alasannya sederhana, agar bisa bertahan hidup. Itu saja. 


Ada yang tak kalah penting daripada  terus menerus bekerja: waktu jeda. Seperti malam itu bisa diartikan jeda agar dunia kembali menemukan siang. Seperti terik untuk menunggu senja kembali pulang. Seperti manusia yang harus menyadari kalau diirinya manusia. Dia tetap "al hadis", yang untuk menjadi "ada" saja, sebelumnya ia meski "tiada"; artinya dia (manusia sebagai "al maujud al hadis") akan selalu terbatas. Seperti jeda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Memoir Februari- Mei

Hapuslah Kesedihanmu

Apakah Agama itu Sederhana?