Firman

"The Qur’an, the universe, and humanity are three kinds of manifestations of one truth."


~ Said Nursî

Kehidupan terus bergerak. Banyak hal yang senantiasa terjadi dan berlalu begitu saja. Seolah-olah semua terpisah dan menyusun bab-bab sejarahnya sendiri-sendri yang sulit dimengerti secara utuh-- lantas siapakah yang bisa menjamin "keutuhan" dalam kehidupan yang disekap oleh paradoksal ini. 

Lalu pertanyaan selanjutnya, siapakah yang lebih natural: alam  semesta ataukah pikiran manusia? Entahlah, selain kita perlu untuk membaca gejala-gejala luar dari alam semesta, yang tak kalah penting untuk kita mengerti dan pahami adalah  sesuatu "yang dalam" pada manusia itu sendiri.

Banyak hal yang bisa ditumakan dalam diri manusia: kata-kata, rencana, cita-cita, harapan, keputus asaan, ketulusan, kekeruhan, kebencian, ketakutan, siasat, doa, dan... ketidaktahuan yang berarti pula ketakutuhan.

Barangkali demikian, setengah dari manusia adalah anugerah, dan setengahnya adalah "resah". Dalam sepanjang sejarah manusia, mereka selalu disibukkan dengan pertanyaan, " apa itu sesuatu yang sejati? ". Untuk menjawab pertanyaan ini, yang bisa dilakukan manusia hanyalah "menyusun"  tafsir-tafsir sementara, berharap di dalamnya ia menemukan titik terang, atau setidaknya yang mendekati kepastian. Tapi lagi-lagi tak sesederhana itu, untuk mecari tahu apa itu hakikat, kadang manusia rela berperang, menjarah dan meluluh lantahkan sebuah peradaban, juga kemanusian itu sendiri.

Meskipun kini secara kasat mata, kita telah sampai pada kehidupan terkesan baik-baik saja, yang damai, tapi saya masih percaya, batin manusia tak akan lepas dan usai dari pencarian "kesejatian" itu. 

Oleh karena itu, "firman" Tuhan masih tetap dibaca di muka bumi hingga kini. Hanya untuk mereka yang mendambakan adanya kepastian: kesejatian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Memoir Februari- Mei

Hapuslah Kesedihanmu

Apakah Agama itu Sederhana?