Derrida 2

Ada sebuah kisah yang sangat menarik berkenaan dengan metode Tafkik Derrida. Metode ini bekerja untuk menguraikan teks dengan membagi suatu kata kepada bagian-bagian terkecil. Kisah tersebut ialah ketika salah seoarang teman saya mengadu kepada Syekh Ibrahim Khuli perihal kegelisahannya tentang keabsahan metode tersebut.

Dia berkata kepada Syekh: " Bagaimana pendapat anda mengenai metode  ya maulana? " 

Dengan sangat tegas Syekh menjawab: " Hadza manhajun baatilun fasidun", berarti metode tersebut adalah metode yang tidak benar dan membahayakan.

Dengan metode tafkiknya, Derrida seolah menutup rapat-rapat  ketakmungkinan sebuah kata untuk dibagi, dimaknai dan ditafsirkan ulang. Tidak ada atom dalam sebuah teks. Selalu ada cela untuk mengguncan pohon-pohon teks, agar tumbang, lalu tumbuh lagi pohon-pohon teks yang sama sekali baru. Mungkin seperti itulah kita memahami dekonstruksi Derrida.

Tapi yang membuat metode ini fatal adalah penolakan Derrida terhadap kemapanan sebuah makna dalam tanda (kata). Itu artinya ia mengingkari "dilalah". Dan pola pikir semacam ini sangat berbahaya jika digunakan untuk membaca teks-teks suci (qoddasah) islam: quran dan hadis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Memoir Februari- Mei

Hapuslah Kesedihanmu

Apakah Agama itu Sederhana?