Kebebasan

"Kebebasan di dunia itu sedikit. Makna kebebasan yang hakiki adalah menyembah Allah Swt dengan sebenar-benarnya, lalu engkau akan terbebas dari apapun selain-Nya."

Kurang lebih seperti itulah salah satu pelajaran yang saya pahami dari pengajian Syekh Muhanna kemarin. 

Dari penjelasan tersebut, kita bisa mengambil pemahaman bahwa kebebasan tidak selalu diartikan dengan ketiadaan hukum dan aturan, atau sederhananya "aku yang bebas sepenuhnya, dan akan  bertindak benar seutuhnya". Bahkan apapun selain-Nya adalah belenggu, termasuk diri(nafsu) kita sendiri. 

Manusia itu unik. Dia punya kecenderungan ingin bebas dan berbuat sesukannya. Tapi kebebasan yang ia senangi tersebut tak menjamin keselamatan dan kedamaian dirinya sendiri. Contohnya sederhana, kita seringkali menyesal, malu, atau bahkan kecewa dan marah dengan apa yang telah kita perbuat sendiri. Saya rasa semua orang pernah merasakan hal itu-- meskipun tak harus dengan kasus atau dalam waktu yang sama. Merasa berslah itu pasti ada.

Dalam salah satu aforismenya, Ibnu Athoillah menyebutkan:

"La tastghrib wuqu'a al akdar ma dumta fi hadzihi al dar."

Kurang lebih artinya seperti ini: Jangan merasa aneh atas kekeruhan-kekeruhan yang terjadi, selama engkau masih tinggal di dunia ini! 

Apa itu kekeruhan?  Kalau boleh saya sederhanakan, kekeruhan itu keganjilan. Selama masih hidup di dunia, kita akan bertemu dengan keganjilan: kekurangan, ketidakpuasan, ketakutuhan, dst.

Tapi dari mana menculnya kekeruhan itu?  Bisa jadi dari mana-mana. Tapi itu terlalu jauh, dan "luar". Yang pasti adalah dari diri kita masing-masing. Rasanya mustahil kalau kita menuntut kehidupan yang ideal, damai sejahtera tapi dalam sisi yang lain, "kekeruhan" itu masih ada dalam diri kita sendiri. 

Jadi benar apa yang dikatakan Syekh di atas. 

Kebebasan di dunia ini sangat sedikit, singkat dan terbatas. Makna kebebasan yang sebenarnya adalah dengan mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa. Karena dengan itu kita akan terbebas dari apapun selain-Nya; Kita pun akan terbebas dari "kekeruhan" diri kita sendiri.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Memoir Februari- Mei

Hapuslah Kesedihanmu

Apakah Agama itu Sederhana?