GOETHE

Pertama kali mendengar nama Goethe disebut yaitu sekitar empat atau lima tahun yang lalu, tepatnya ketika saya masih mondok di Ponpes Maunah Sari Bandar Kidul Kediri. Saat itu saya tak begitu tertarik  dengan  penjelasan teman saya terhadap puisi dan pemikiran Goethe. Tapi sekarang, akhirnya saya bertemu lagi dengan sosok sang filsuf sekaligus penyair  tersebut melalui tulisan Abdurrahman Badawi.


Bab pertama dalam kajian Abdurraman Badawi atas pemikiran Goethe adalah tentang hubungan Sang Penyair dengan Timur.   Seperti yang diterangkan A. Badawi, Goethe merupakan seorang sastrawan terbesar aliran Romantisisme.        Aliran ini  mempunyai kecenderungan yang kuat atas apa yang oleh A. Badawi disebut sebagai     al ightirob al ruhi   (pemgembaraan  rohani). Yang ia maksud dengan pengembaraan rohani disini adalah upaya pelarian diri dari ruang  kehidupan ( apa saja yang berkaitan dengan hidup seseorang yang  telah dijalani sebelumnya) menuju suatu ruang (alam) yang sama sekali baru.  


Mengapa musti sesuatu yang baru?  Karena pada  yang baru  itu terdapat sesuatu yang menyenangkan,  atau sekedar hiburan. Jadi dalam keadaan tersebut seseorang akan hidup dalam dua alam secara bersamaan, meskipun hal itu tak bersifat hakiki melainkan sebatas khayali  (imajinatif) belaka. Menurut A. Badawi hal semacam itu terbilang maklum,  karena pada dasarnya khayali  memang tak akan mendapatkan kemerdekaannya beserta  titik tolaknya melainkan dari sesuatu yang  belum nyata ( al majhul).


Lalu apakah yang dikehendaki dengan dunia yang baru itu?   Mereka menyebutnya dunia timur. Seperti yang dikatakan oleh seorang pelopor romantisisme Jerman bernama Friedrich Schlegel bahwa  "kita harus mencari ke dunia Timur agar mendapatkan pokok-pokok dan gambaran yang luhur tentang romantisisme." Yang ia maksud dengan timur adalah negeri-negeri   kawasan india.  Begitu terpesonanya dengan dunia  timur,  ketika ia sedang di Paris dalam rangka mempelajari bahasa Sansakerta,  ia sampai mengatakan bahwa asal muasal seluruh bahasa,  pemikiran dan satra (puisi) adalah India.


Tapi pencarian atas dunia yang baru itu bagi Goethe tidak sekedar untuk bersenang-senang atau sekedar hiburan. Entah apa yang sedang terjadi pada masanya, yang jelas saat itu dia sedang merasakan  suatu keadaan emosional ( kalau boleh diartikan dengan krisis spiritual) yang dahsyat. Hal itu tergambakan dalam ucapannya : "Aku merasakan kekacauan yang sangat dalam yang mengharuskanku untuk keluar dari alam realitas ini, yan dipenuhi bahaya yang mengancam baik secara diam-diam ataupun terang-terangan,  supaya aku bisa hidup dalam alam imajinasi serta alam ideaku, yang di dalamnya aku bebas bersenang-senang serta bermimpi sesukaku."


Alam idea yang diidam-idamkan oleh Goethe adalah dunia timur. Barangkali yang dikehendaki dengan "dunia timur" oleh Goethe lebih luas cakupannya daripada yang dikehendaki oleh F. Schlegel, meskipun hampir mirip diantara keduanya. Bagi Goethe, timur tidak dikhususkan pada negeri-negeri India,  tapi lebih dari itu. Baginya,  dunia timur ialah  yang akan membuatnya kembali hidup muda di usianya yang ke-70. Dunia timur bagi Goethe adalah "Mata Air" Khidir, seorang karib Bagi Nabi Musa As. Timur adalah  mata air yang menjadikan peminumnya kembali muda dan abadi, seperti yang disenandungakan oleh Penyair agung Persia yang ia kagumi: Hafidz Syairozi.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Memoir Februari- Mei

Hapuslah Kesedihanmu

Apakah Agama itu Sederhana?